Oh Tuhan bisakah kau pertemukanku cepat dengan jodohku


    Oh Tuhan bisakah kau pertemukanku cepat dengan jodohku

    Oh Tuhan bisakah kau pertemukanku cepat dengan jodohku

    Kuat dan tahan banting adalah sifat alami yang ada padaku. Sejak kecil, aku terbiasa menghadapi hal yang membuatku merasa apa duniaku hampir kiamat? Hal yang aku pikirkan saat usiaku belasan tahun adalah bisakah aku kabur dari rumah. Hari esoknya, aku bertanya lagi pada diriku sendiri, apa yang harus aku lakukan?

    Aku belajar dari hidupku selama ini bahwa tidak ada yang abadi yang bisa selalu aku miliki. Berapa banyak orang yang datang, kemudian pergi sekejap mata, begitu seterusnya dan akhirnya aku sendiri lagi. Beribu doa selalu aku panjatkan, aku selalu sportif dan tidak berlaku curang dalam menjalin hubungan, yang aku percaya “Membahagiakan orang, aku juga ikut bahagia”, walau seringkali aku menjadi korban perasaan.

    Kupandang hujan hari ini, tak biasanya aku kedinginan begini, rasanya sampai menusuk hatiku. Aku bertanya mana kisah hidupku yang lancar? Iri adalah perasaan yang tidak baik, tapi terkadang saat melihat temanku berjalan bersama pasangannya, dia dipuja seperti itu, aku juga bertanya dalam hati “Apakah aku juga tidak berhak mendapatkan cinta dari laki-laki yang serius denganku Tuhan?”. Melihat orang lain bahagia, aku ikut bahagia, aku selalu memikirkan perasaan orang lain terlebih dahulu. Mereka banyak yang percaya padaku saat dijadikan obat nyamuk dalam kencan mereka. Mungkin aku harus bersyukur karena aku bukan tipe orang yang tertarik dengan apa yang temanku miliki, mungkin hal itulah yang membuat mereka percaya padaku sepenuhnya.

    Mereka selalu bertanya “ Mana nih gandengannya?” atau “Kapan nih nikah?” atau “Mana undangannya?” atau “Kamu banyak yang suka tapi kok belum juga punya pendamping?”. Aku sadari bahwa aku tipe cewek cuek, aku tidak pernah memikirkan beribu pertanyaan yang mampir padaku, dan aku anggap sebagai bercandaan. Tapi, seiring waktu, aku sedikit memikirkan suatu hal, mungkin sudah saatnya aku membuat planning lagi. Yang jelas, pacaran bukan solusi. Aku memilih belajar dari pengalamanku, lebih baik tidak pacaran. Bukan pacar yang aku butuhkan dan aku tunggu, tapi dia sang suami, cukup satu dan aku ingin yang dewasa, bekerja dan baik.

    Kadang aku melakukan pengamatan saat aku menghadiri acara pernikahan. Bahkan aku membuka mata lebar-lebar tentang bagaimana mereka bertemu, bagaimana mereka melengkapi satu sama lain? Hari itu, aku pernah menghadiri acara pernikahan di sebuah gedung. Aku tidak bisa menyebutkan apa profesi laki-lakinya, namun aku jadi membuka mata lebar bahwa memang benar ada pernikahan seperti ini, mungkin mereka berjodoh. Seorang laki-laki yang menikah dengan wanita tanpa memandang status sosial. Begitu juga aku melihat banyak sekali kisah cinta disekitarku, baik itu teman, rekan maupun saudara.

    Aku percaya tidak hanya aku yang sendirian. Di usia yang tergolong muda, namun sudah bekerja, mungkin kini aku pun menjadi pertimbangan oleh mereka. Saat aku berjalan, ada laki-laki yang tersenyum padaku, selalu. Saat sedang sendirian, beberapa invite maupun add dari medsos mulai datang silih berganti. Kenalan dari orang yang tidak waras sampai membuntutiku, bahkan aku tidak mengenalnya.Bahkan nomor handphone yang selalu penuh nomor asing membuatku kesal mengganggu setiap saat. Dijodohkan oleh teman,” Ada yang mau kenalan sama kamu, nanti dia invite kamu”. Mungkin sudah banyak dari mereka yang mencoba mempertemukanku dengan kekasih hati, maupun menceritakan banyak hal tentang mereka. Mereka yang juga sudah berumur, mulai mengutarakan maksud serius disaat yang kurang tepat dan membuat bingung. Bermain-main dalam cinta? Itu bukanlah aku.Di umur kepala dua masih bermain-main dalam cinta seakan masih kecil saja, bukan cinta monyet lagi. Bila aku serius, aku selalu mengutarakan maksud hatiku untuk serius. Bila tidak mempunyai perasaan yang sama, aku berusaha menjalin hubungan baik dengan orang tersebut.Mungkin mereka menyebutku sebagai wanita berhati dingin atau wanita es, entahlah aku tidak peduli akan hal itu.

    Dimanakah kamu? Aku menunggumu.

    Tuhan, tidak kurang setiap hari selama tahunan, aku selalu berdoa tentang dia yang akan singgah untukku. Entah melalui cara aku yang menyukainya duluan atau dia dahulu yang menyukaiku duluan. Sejujurnya aku lebih memilih cara yang kedua.

    Ada kalanya aku bertanya pada diri sendiri, seperti apa dia yang aku inginkan?

    Pernah aku bercerita dengan seorang yang lebih dewasa dariku, dapat dibilang dia adalah sahabat baikku. Umurnya sekitar 6 tahun diatasku. Aku bertanya banyak hal dan dia bercerita padaku. “Aku pernah ditinggal menikah oleh seorang yang aku cintai. Padahal hubungan kami sudah berjalan lebih dari 5 tahun. Saat itu, aku merasa kecewa, sedih, marah, bodoh semua perasaan berkumpul jadi satu. Bahkan aku sempat trauma membuka hati. Pikirku, secepat itukah dia melupakan aku dan menyia-nyiakan aku, seberapa lama ia kenal dengan pasangannya sekarang? Seberapa hebat ia bisa mendapatkan seseorang yang mengisi hatiku lama sekali. Sampai suatu hari, aku dipertemukan oleh suamiku yang sekarang, dia orang yang baik. Sampai sekarang, rasa kecewa pernah disakiti masih ada sedikit, tapi aku percaya Tuhan memberiku laki-laki terbaik sekarang. Kalau saja aku memilih dia, mungkin aku bisa dikecewakan lagi. Pasti ada saatnya kamu mendapatkan dia yang benar-benar menyayangimu. Soal kamu pernah dikecewakan, anggaplah itu suatu ujian. Saat kamu bisa melewatinya, kamu pasti akan mendapatkan nilai bagus dan mendapat hadiah yang baik dariNya. Pesanku, aku pikir kamu cewek yang menarik. Kamu cantik dan baik, pastilah banyak laki-laki yang mendekatimu. Pertama, jangan lukai hati orang yang menyukaimu. Kedua, tinggalkan laki-laki yang terlihat PHP atau tidak serius denganmu, karena aku lihat kamu selalu serius dalam menjalin hubungan. Ketiga, jangan memaksakan kisah cintamu hanya karena banyak orang yang bertanya “Kapan nikah? Jawablah biasa saja. Seperti yang lainnya, masih banyak orang yang single. Keempat, tidak seharusnya sebagai wanita mengejar cowok duluan, andaikan itu perlu, cukup lakukan sekali dan berhentilah saat kamu merasa usahamu sia-sia. Kelima, jangan tutup pintu hatimu, bagaimana kamu bisa bahagia kalau kamu menutup pintu hatimu, bukankah banyak yang membuka pintu hatinya padamu? Dan yang terakhir aku akan mendoakanmu agar kamu segera mendapatkan dia. Entah bagaimana Tuhan mempertemukanmu dengannya, tapi dia pasti seorang yang beruntung mendapatkanmu."

    Berbicara dengan orang yang bijakasana memang sedikit membantu. Yang jelas, kapanpun kamu datang padaku, aku selalu membuka kedua tanganku untukmu. Kamu disana mungkin juga sedang mencariku. Aku ingin berkata padamu, aku membutuhkanmu, aku ingin hadirmu melengkapiku, menjadi yang terakhir dan satu-satunya. Aku harap kamu bisa meminjamkan bahumu untukku sesekali aku merasa rapuh, tanganmu bisa menghapus air mataku dikala lara melanda, pelukanmu mampu membunuh kecemasan dan kemarahanku saat dunia tidak bersahabat dan aku tidak ingin main-main karena aku sudah merencanakanmu jauh hari sebelum kamu pernah tahu. Aku harap kamu yang hadir di sampingku dapat menjadi yang terbaik yang kumiliki, selamanya.(x)
    Advertisement